Kamis, 07 Juni 2012

Cinta Adalah Persahabatan


Cred pic: google search


“Cinta adalah persahabatan”, kata Rahul ketika ditanya mengenai arti cinta oleh dosennya. Tentu kalian masih ingat dengan film yang satu itu. Film yang berkisah mengenai persahabatan dua orang muda mudi yang akhirnya saling jatuh cinta. Tentu saja saya tidak akan membicarakan tentang film itu, :) tapi kutipan kalimat Rahul lah yang ingin saya uraikan kali ini.

     Persahabatan, tentu kalian pernah merasakannya. Saya pun pernah. Semenjak duduk di sekolah dasar, saya sudah merasakan indahnya persahabatan. Ketika itu, yang ada di benak saya ketika mengenal kata teman adalah seseorang atau sekelompok orang yang menjadi lawan bicara atau lawan bercengkrama ketika di sekolah dan di lingkungan rumah. Tak pernah terlintas untuk pilih-pilih teman. Semuanya berjalan apa adanya. Saya kenal dia, mereka, cocok satu sama lain, dan selesai. Jadilah kami teman satu sama lain. Sungguh, saya benar-benar merasakan indahnya persahabatan ketika itu. Ingin rasanya memanggil nama mereka kembali, Lucky, Siti, Irin, Jepi, Yuli, dan tentu saja kembaran saya :). Terlalu panjang kalau saya ceritakan kisah kami. Mungkin di lain kesempatan :).
     Yang saya sadari ketika itu adalah bahwa persahabatan ini akan putus dengan sendirinya ketika menginjak bangku sekolah menengah. Saya sadar ketika itu bahwa kami mungkin tidak akan satu sekolah, bahwa kami pasti akan lebih sibuk dari pada sebelumnya, bahwa kami mungkin akan jarang bertemu kendati pun jarak antar rumah kami tidak terlalu jauh. Pemahaman saya tentang arti dari persahabatan ketika itu adalah persahabatan ini “ada batasnya”, yaitu ketika menginjakkan kaki di jenjang sekolah yang lebih tinggi.
     Dan ketika menginjak sekolah menengah, pemahaman itu pun bertambah, bahwa persahabatan itu tidak hanya “ada batasnya” tapi juga tentang menghargai satu sama lain. Yah, betul, pemahaman itu bertambah, walau pun baru ketika kelas 3 SMP saya memahami ini. Sebut saja El namanya. Dia adalah teman sebangku ku ketika kelas 3 SMP, dan dia pula lah yang mengajariku bahwa yang namanya sahabat adalah saling menghargai satu sama lain. Menghargai bahwa kami memiliki prinsip yang berbeda (baca: beda keyakinan), menghargai bahwa kami memiliki kebiasaan yang berbeda, dan menghargai bahwa kami memiliki kesukaan dan ketidaksukaan yang berbeda. Tapi justru itulah yang makin mendekatkan kami satu sama lain. Melalui El, saya menyadari bahwa keyakinan yang berbeda tidak menghalangi kami untuk saling menghormati dan menghargai keyakinan masing-masing. Melalui El pula, saya menyadari bahwa kebiasaan yang berbeda, tidak melulu tidak cocok, justru kami bisa saling mencontoh kebiasaan baik kami masing-masing, dan saling mengingatkan kebiasaan buruk masing-masing. Well, walau pun kenyataannya saya lebih sering mencontoh kebiasaan baik El :). Dan memalui El, saya menyadari bahwa menghargai kesukaan dan ketidaksukaan dari sahabat adalah sesuatu hal yang menyenangkan. Yah, saat itu lah saya mengerti bahwa persahabatan adalah “tentang menghargai satu sama lain, walau tetap berbatas waktu”.
     Lalu, bagaimana ketika SMA? Sama, bertambah, atau bahkan berkurang? Tunggu ya kelanjutannya. Karena di masa inilah, semuanya bermula… ^.^
_bersambung_

Bonus pictures:
"Hahaha, ga ada hubungannya :P"

1 komentar:

  1. Jiaahh... piku terakhir, maksudnyahhh??? Hahaha... *pelukBoongGu

    I like the quote above about rainbow. Hoho...

    Go ahead! Hehe...

    BalasHapus