Cred pic: google search |
“Cinta adalah persahabatan”, kata Rahul ketika ditanya
mengenai arti cinta oleh dosennya. Tentu kalian masih ingat dengan film yang
satu itu. Film yang berkisah mengenai persahabatan dua orang muda mudi yang
akhirnya saling jatuh cinta. Tentu saja saya tidak akan membicarakan tentang
film itu, :) tapi kutipan kalimat Rahul lah yang ingin saya uraikan kali ini.
Persahabatan, tentu kalian pernah merasakannya. Saya pun
pernah. Semenjak duduk di sekolah dasar, saya sudah merasakan indahnya
persahabatan. Ketika itu, yang ada di benak saya ketika mengenal kata teman
adalah seseorang atau sekelompok orang yang menjadi lawan bicara atau lawan
bercengkrama ketika di sekolah dan di lingkungan rumah. Tak pernah terlintas
untuk pilih-pilih teman. Semuanya berjalan apa adanya. Saya kenal dia, mereka,
cocok satu sama lain, dan selesai. Jadilah kami teman satu sama lain. Sungguh,
saya benar-benar merasakan indahnya persahabatan ketika itu. Ingin rasanya
memanggil nama mereka kembali, Lucky, Siti, Irin, Jepi, Yuli, dan tentu saja
kembaran saya :). Terlalu panjang kalau saya ceritakan kisah kami. Mungkin di
lain kesempatan :).
Yang saya sadari ketika itu adalah bahwa persahabatan ini
akan putus dengan sendirinya ketika menginjak bangku sekolah menengah. Saya
sadar ketika itu bahwa kami mungkin tidak akan satu sekolah, bahwa kami pasti
akan lebih sibuk dari pada sebelumnya, bahwa kami mungkin akan jarang bertemu
kendati pun jarak antar rumah kami tidak terlalu jauh. Pemahaman saya tentang
arti dari persahabatan ketika itu adalah persahabatan ini “ada batasnya”, yaitu
ketika menginjakkan kaki di jenjang sekolah yang lebih tinggi.
Dan ketika menginjak sekolah menengah, pemahaman itu pun
bertambah, bahwa persahabatan itu tidak hanya “ada batasnya” tapi juga tentang menghargai
satu sama lain. Yah, betul, pemahaman itu bertambah, walau pun baru ketika
kelas 3 SMP saya memahami ini. Sebut saja El namanya. Dia adalah teman sebangku
ku ketika kelas 3 SMP, dan dia pula lah yang mengajariku bahwa yang namanya
sahabat adalah saling menghargai satu sama lain. Menghargai bahwa kami memiliki
prinsip yang berbeda (baca: beda keyakinan), menghargai bahwa kami memiliki
kebiasaan yang berbeda, dan menghargai bahwa kami memiliki kesukaan dan
ketidaksukaan yang berbeda. Tapi justru itulah yang makin mendekatkan kami satu
sama lain. Melalui El, saya menyadari bahwa keyakinan yang berbeda tidak
menghalangi kami untuk saling menghormati dan menghargai keyakinan
masing-masing. Melalui El pula, saya menyadari bahwa kebiasaan yang berbeda,
tidak melulu tidak cocok, justru kami bisa saling mencontoh kebiasaan baik kami
masing-masing, dan saling mengingatkan kebiasaan buruk masing-masing. Well,
walau pun kenyataannya saya lebih sering mencontoh kebiasaan baik El :). Dan
memalui El, saya menyadari bahwa menghargai kesukaan dan ketidaksukaan dari
sahabat adalah sesuatu hal yang menyenangkan. Yah, saat itu lah saya mengerti
bahwa persahabatan adalah “tentang menghargai satu sama lain, walau tetap
berbatas waktu”.
Lalu, bagaimana ketika SMA? Sama, bertambah, atau bahkan
berkurang? Tunggu ya kelanjutannya. Karena di masa inilah, semuanya bermula…
^.^
_bersambung_
Bonus pictures:
"Hahaha, ga ada hubungannya :P" |
Jiaahh... piku terakhir, maksudnyahhh??? Hahaha... *pelukBoongGu
BalasHapusI like the quote above about rainbow. Hoho...
Go ahead! Hehe...